Laba bersih DILD anjlok 80,5% pada Q1 2017

Banner Image

Britama.com – Perusahaan pengembang properti PT Intiland Development Tbk (DILD) (Intiland) melaporkan kinerja yang kurang bagus pada Kuartal I (Q1) 2017. Berdasarkan Laporan Keuangan Q1 untuk periode yang berakhir 31 Maret 2017 dan 31 Maret 2016, Perseroan membukukan pendapatan usaha Rp398,7 miliar atau turun 32,3 persen dibanding pencapaian periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp588,7 miliar. Sementara itu Laba bersih Perseroan mengalami penurunan dari Rp101 miliar menjadi Rp20 miliar atau turun 80,5%

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono menjelaskan laporan kinerja keuangan triwulan I 2017 ini merupakan akibat dari melemahnya pasar properti nasional sejak dua tahun terakhir. Kendati baru bisa membukukan Rp398,7 miliar di kuartal I 2017 ini, menurut Archied, Perseroan masih memiliki pendapatan usaha yang belum dibukukan (unrecognized) sebesar Rp1,3 triliun dari penjualan yang sudah terjadi. “Ada tambahan pendapatan Rp1,3 triliun yang akan siap dibukukan di tahun 2017 dari penjualan yang sudah terjadi. Selanjutnya, Perseroan akan fokus pada penjualan inventori untuk semakin meningkatkan pendapatan tahun 2017,” ungkapnya lebih lanjut.

Temukan Pilihan Terbaikmu!

Penjualan inventori berasal dari proyek Serenia Hills, Magnolia Residence, 1Park Avenue, Regatta, Graha Golf, Spazio Tower, Praxis, The Rosebay, serta kawasan industri Ngoro Industrial Park. Berdasarkan segmen pengembangannya, kontributor terbesar pendapatan usaha di triwulan I 2017 berasal dari pengembangan mixed-use & high rise dengan nilai Rp158,6 miliar atau 40 persen dari keseluruhan. Kontributor berikutnya berasal dari segmen properti investasi yang membukukan pendapatan Rp100,7 miliar atau 25 persen dari keseluruhan. Segmen ini merupakan sumber pendapatan berkelanjutan recurring income) Perseroan yang berasal dari penyewaan ruang kantor, ritel, bangunan pabrik standar (Standard Factory Building – SFB), pengelolaan klub olahraga dan fasilitas.

“Pendapatan dari segmen properti investasi naik 41 persen dibandingkan triwulan I tahun lalu. Kami terus meningkatkan kontribusi segmen ini karena memberikan stabilitas operasional dan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang,” kata Archied.

Perseroan saat ini sedang menyelesaikan sejumlah proyek pengembangan mixed use & high rise seperti Praxis dan Spazio Tower di Surabaya. Penyelesaian kedua proyek ini diproyeksikan memberi kontribusi cukup signifikan pada peningkatan recurring income perseroan di masa mendatang. Selain kedua segmen tersebut, segmen pengembangan kawasan industri mencatatkan pendapatan sebesar Rp91 miliar atau 23 persen dari keseluruhan. Sementara segmen pengembangan kawasan perumahan tercatat memberikan kontribusi pendapatan usaha Rp48,3 miliar atau 12 persen dari total pendapatan usaha.

Ditinjau berdasarkan tipe pendapatan usaha, kontribusi pendapatan pengembangan (development income) masih menjadi sumber pendapatan utama Perseroan dengan kontribusi mencapai Rp298 miliar atau 75 persen dari jumlah keseluruhan pendapatan. Recurring income yang berasal dari pendapatan segmen properti investasi memberikan kontribusi Rp100,7 miliar atau 25 persen dari keseluruhan. Sementara itu laba usaha perseroan tercatat sebesar Rp58,6 miliar dan laba bersih tercatat sebesar Rp19,7 miliar.

Pada periode ini, Perseroan juga berhasil menurunkan total kewajiban menjadi Rp3,9 triliun dari sebelumnya Rp4,4 triliun. Menurunnya jumlah kewajiban disebabkan kerjasama joint venture antara Perseroan dengan GIC, lembaga investasi pemerintah Singapura, untuk pengembangan proyek South Quarter. Hasil investasi dari mitra kerjasama ini mengurangi kewajiban yang harus ditanggung PT Putra Sinar Permaja, anak usaha Perseroan untuk pengembangan proyek South Quarter.

Banner Image