Britama.com – Harga batubara yang belum juga menanjak membuat perusahaan jasa pertambangan, PT Samindo Resources Tbk (MYOH) fokus masuk bisnis pembangkit listrik. Harapannya, akan ada pundi-pundi pendapatan baru selain menjual jasa tambang.
Penurunan harga batubara selama beberapa tahun terakhir mendorong Samindo melakukan diversifikasi usaha, yakni masuk bisnis kelistrikan yang memiliki potensi besar di masa datang.
Total kapasitas terpasang pembangkit listrik nasional pada akhir tahun 2014 mencapai 49.000 MW. Diproyeksikan akan ada 59.500 MW tambahan kapasitas pembangkit listrik hingga 2022.
Bila ditotal, untuk menghasilkan 59.500 MW, investasi yang mesti dikucurkan sebesar USD125,2 miliar. Dari porsi tersebut, sekitar USD54,1 miliar merupakan porsi pembangkit swasta independent power producer (IPP).
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN hingga 2019 menunjukan pembangunan pembangkit akan didominasi oleh IPP.
MYOH akan membangun PLTU dengan kapasitas dibawah 100 MW, dan perusahan akan membangun dengan dana sendiri. Sebaliknya jika harus membangun PLTU dengan kapasitas diatas 100 MW, maka perusahaan akan mencari partner.
Nantinya, peran Samindo Resources bila harus melakukan patnership dalam pembangunan itu akan menyesuaikan dengan pengalaman selama ini dibidang pertambangan batubara, yakni melakukan penambangan, pengangkutan, dan pengadaan bahan baku batubara.
Semakin besar kapasitas pembangkit listrik yang akan dibangun, akan semakin efisien. Hanya saja, perusahaan masih perlu belajar untuk mengendalikan dan mengelola PLTU dengan kapasitas besar.
Opsi lain adalah melakukan akuisisi tambang yang di dalamnya sudah ada pembangkit listrik. Nantinya, proyek listrik dan tambang akan disinergikan. Namun, saat ini pihaknya masih mencari lokasi yang tepat.
Hingga kuartal I-2015, MYOH sama sekali belum melakukan realisasi investasi pembelian alat berat. Padahal secara total, pada 2015 ini, MYOH mengalokasikan belanja modal USD7,5 juta. Belanja modal pada tahun ini tidak sebesar belanja modal pada tahun-tahun sebelumnya. Sebab selama tiga tahun terakhir ini, Perseroan telah banyak melakukan investasi dalam pembelian alat berat.
Sampai akhir Maret 2015 MYOH mencatatkan pendapatan Rp55,99 miliar, dengan pencapaian laba bersih sebesar Rp6,8 miliar.