Britama.com – PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA) masih membukukan penjualan sebesar Rp1 Triliun pada tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014. Penjualan ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp1,2 Triliun, dan membukukan kerugian bersih mencapai Rp141,81 miliar atau Rp(146,45) per saham pada tahun 2014, sedangkan pada tahun 2013 Perseroan membukukan laba bersih Rp7,86 miliar atau Rp8,12 per saham.
Hal ini terutama disebabkan turunnya harga minyak bumi yang berdampak pada turunnya harga gas oil/diesel oil MOPS. Sementara harga Biodiesel yang ditetapkan oleh Pemerintah mengacu kepada harga MOPS, yang mana acuan tersebut jauh di bawah harga CPO yang digunakan sebagai bahan baku Biodiesel sehingga produsen Biodiesel termasuk Perseroan mengalami kerugian dan terpaksa mengurangi jumlah penjualan Biodiesel terutama ke Pertamina yang memberikan kontribusi sebesar 37% dari total penjualan Perseroan tahun ini. Tahun lalu penjualan ke Pertamina memberikan kontribusi sebesar 87%. Oleh karena hal tersebut di atas, Perseroan mengalami rugi operasional sebesar Rp95,5 miliar.
Saat ini Pemerintah sedang merampungkan formulasi harga baru untuk Biodiesel, yang mengacu kepada harga CPO ditambah USD125 per Metrik Ton. Hal ini dirasakan lebih tepat, mengingat perusahaan Biodiesel memakai CPO sebagai bahan bakunya.
Dengan ditetapkannya formulasi harga baru tersebut, diharapkan dapat meningkatkan produksi Biodiesel di Indonesia dan juga menunjang program Pemerintah yang akan menaikan campuran Biodiesel dari 10% (B10) menjadi 15% (B15) di tahun 2015 dan 20% (B20) pada tahun 2016. Dengan demikian, diharapkan di tahun-tahun depan bisnis Biodiesel dapat memberikan kontribusi positif kepada kinerja Perseroan.
Pada sektor perkebunan kelapa sawit, Perseroan menunjukan kinerja yang cukup menggembirakan, dengan melakukan percepatan area tanam perkebunan kelapa sawit sehingga area tertanam pada akhir tahun 2014 menjadi seluas 8.200 ha dari total luas yang dapat ditanami 24.000 ha. Penjualan tandan buah segar (TBS) juga mengalami peningkatan dari 1.800 ton menjadi 5.500 ton atau meningkat lebih dari 200%.