Britama.com – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ingin terbang lebih tinggi lagi. Maskapai penerbangan pelat merah ini berniat menghimpun pendanaan eksternal pada tahun depan.
Manajemen Perseroan menyatakan, Perseroan akan mempertimbangkan opsi penerbitan obligasi berdenominasi dollar AS. Nilainya lebih dari USD300 juta atau Rp4 triliun (kurs Rp13.500 per dollar AS).
Nanti dana tersebut akan digunakan untuk refinancing utang obligasi rupiah yang jatuh tempo pada Juli 2018. Nilainya mencapai Rp2 triliun.
GIAA sengaja merilis global bond melampaui nilai obligasi yang jatuh tempo di tahun depan.
GIAA telah menunjuk BNP Paribas sebagai adviser untuk penerbitan global bond tersebut. Manajemen mengharapkan transaksi rampung pada semester pertama tahun depan.
Hingga kuartal III-2017, GIAA masih menderita kerugian senilai USD222,03 juta. Targetnya, sepanjang 2017, manajemen GIAA bisa menekan kerugian hingga USD215 juta.
Garuda Indonesia memasang target besar pada tahun 2020. Di tahun tersebut, maskapai penerbangan udara pelat merah ini membidik kapitalisasi pasar USD3,5 miliar di Bursa Efek Indonesia. Angka tersebut setara dengan Rp47,25 triliun (USD 1=Rp 13.500).
Saat ini, kapitalisasi GIAA Rp9,11 triliun atau USD674 juta. Jadi, manajemen harus bekerja keras menggenjot kapitalisasi pasar. Mengacu target, GIAA perlu mengumpulkan Rp38,14 triliun selama tiga tahun atau Rp12,71 triliun per tahun.
Saat ini, harga GIAA Rp352 per saham. Dengan asumsi jumlah saham tetap dan target kapitalisasi terwujud, maka harga GIAA tiga tahun ke depan bisa mencapai Rp 1.825 per saham.