Britama.com – Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ingin memperbaiki profil utang jangka pendek dan jangka panjang perseroan, sehingga kelak operasional perseroan tidak banyak dibebani oleh utang jangka pendek.
Garuda Indonesia menyebut saat ini memiliki utang jangka panjang sebesar USD636 juta dan utang jangka pendek sebesar USD1,08 miliar.
GIAA berencana mengalokasikan USD250 juta dari rencana penerbitan obligasi sebesar USD750 juta, untuk dapat masuk ke kas perusahaan. Selebihnya GIAA akan menggunakan untuk refinancing, terutama pembayaran obligasi berdenominasi rupiah sebesar Rp2 triliun yang akan jatuh tempo pada Juli 2018.
Perseroan membutuhkan cash flow sebesar USD250 juta tersebut terutama untuk menopang kinerja anak perusahaan dan sebagai tambahan belanja modal induk dan anak usaha.
Garuda Indonesia akan melakukan penawaran obligasi tersebut baik kepada investor dalam negeri maupun luar negeri. Surat utang tersebut akan jatuh tempo pada tahun 2023.
Perseroan juga memiliki wacana untuk menerbitkan obligasi rupiah dengan nilai sebanyak-banyaknya setara USD200 juta. Perseroan masih mengkaji kondisi struktur keuangan dan pasar untuk memutuskan penerbitan obligasi rupiah tersebut.