Britama.com – Sehubungan kabar bahwa Sriwijaya Air keluar dari Grup Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dibantah oleh manajemen GIAA.
Kabar tersebut seiring adanya surat pemberitahuan oleh Direktur Teknik dan Layanan Garuda Indonesia yang menginformasikan bahwa Sriwijaya bukan lagi menjadi anggota penerbangan GIAA dan hubungan antara Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Group akan dilanjutkan pada basis bisnis ke bisnis.
Untuk itu manajemen GIAA menegaskan bahwa. penjelasan tersebut hanya ditujukan kepada Lessor – perusahaan penyewaan pesawat atas pertanyaan mengenai posisi GIAA atas Sriwijaya, hal tersebut menegaskan bahwa urusan tagihan atau kewajiban Siriwijaya terhadap Lessor menjadi tanggung jawab manajemen Siriwijaya Air Group dan bukan menjadi urusan GIAA.
Sebelumnya beredar kabar keluarnya Sriwijaya Air dari Group Garuda dikarenakan keadaan dan beberapa hal yang belum diselesaikan oleh kedua belah pihak.
Awal masuknya Garuda Indonesia Group dalam kerjasama manajemen dengan Sriwijaya adalah dalam rangka mengamankan aset dan piutang negara pada Sriwijaya Group. Sementara pada September 2019 lalu GIAA dan Sriwijaya berselisih paham mengenai penggantian 3 direksi di dalam internal Sriwijaya, di mana direksi tersebut merupakan pihak GIAA. Perombakan tersebut dilakukan tanpa persetujuan GIAA.
Dampak dari penggantian tersebut, anak usaha GIAA yaitu Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) menghentikan layanan perawatan pesawat Sriwijaya Air pada 25 September 2019.
Adapun keduanya terlibat kerjasama manajemen (KSM) sejak November 2018 dan keduanya telah rujuk pada Selasa (1/10), KSM tersebut akhirnya dilakukan kembali sebagai langkah untuk menyehatkan Sriwijaya Air Group karena terbelit utang dengan tiga perusahaan, yakni BNI, Pertamina dan GMFI. Utang Sriwijaya kepada GMFI tercatat mencapai Rp810 miliar.